Pages

Rabu, 21 November 2012

Peng-abaian-mu itu, pelajaran bagiku



Apa kabar hati? Lama tidak bersua, lama pula tak tuangkan rasa dalam kata. Pasti banyak tanya yang mengendap. Aku pun begitu, banyak pula yangi ingin ku ungkap, karna terlalu banyak kisah dan selingan yang harus kuucap, tapi tertahan oleh rasa malas yang menyelimuti jiwa. Dilema jadinya.

Baiklah, aku mulai saja, sebelumnya aku ingin bertanya, apakah wajar jika kita menyayangi seseorang hingga kefikiran siang dan malam, setiap hembusan nafas, setiap detak jantung, hingga setiap aliran darah dan setiap hentakan langkah tertatihku?
Apa?
Kau bilang ini lucu?
Terserah kamu lah, mau menertawakan-nya. Setidak nya aku jujur, dan apa yang aku ungkap adalah suatu kebenaran dari yang aku rasakan, jika memang konyol ya biar saja, toh aku menikmatinya. Hey!!! Dia itu pacar ku, pujaan hatiku, separuh jiwaku, jiwa yang telah pautkan rasa dijiwaku. Hati yang sanggup mengambil hatiku pula. Ya walau kita sekarang sedang terpisah jarak yang terlampau jauh. Tapi tak apalah biar saja aku menikmatinya, mungkin ini bag
ian dari mencinta.

Tapi lama-kelamaan aneh juga ya, rasanya kok jadi gila aku karna dia. Padahal belum tentu juga dia memikirkanku. Tapi apa gunanya juga jika dia memikirkanku. Tak ada untungnya juga buatku. Duit didompetku juga ga nambah, badanku juga tidak tambah gemuk. Sebenarnya sih tidak akan ada fikiran yang seperti itu jika ada sedikit tegur sapa dari dia. Karna sudah 3 hari dia tidak memberi kabar, apalagi untuk sekedar say hello. Jadi nya aku merasa terabaikan sangat. Dan berfikiran seolah-olah merugi sekali jika memikirkan orang yang belum tentu juga dia memikirkan kita. Sebenarnya aku pun merasa berdosa kepadanya jika berfikiran seperti itu, tapi ya aku rasa ya pantas saja jika muncul fikiran seperti dari otakku. "Salah sendiri mengabaikanku!" mungkin seperti itu persisnya kata hatiku saat itu.

Kamu berubah, tidak seperti saat pertama jumpa, tak semenggebu dulu. Hanya sekedar dan seingatnya saja kepadaku. Bukan, pertanyaan 'kamu sudah makan belum?' atau 'sedang apa dan dimana?' yang aku inginkan, hanya sedikit sapa mungkin akan menyenangkan. Jadi aku bisa berfikir kalau aku sedang terlintas dibenakmu saat itu.Tidak harus sering juga kau berkirim pesan, asalkan dalam setiap hari ada satu kata sapa darimu.
Kamu sibuk itu alasanmu, pusing dengan pekerjaan, dan semua tentang pekerjaan jadi kau kambing hitamkan. Padahal, dulu saat pertama menjalin hubungan, rasa-rasa nya tidak pernah kau sebut pekerjaan mu didepanku. Tidak ada alasan untuk tak membalas pesan dariku. Bahkan waktu bekerjamu pernah kau curi demi bisa berdua denganku. Aku coba pahami akan kesibukan dan pekerjaanmu, tapi yang ada malah aku berfikir kalau aku hanya akan menjadi penambah beban jika aku mengganggu waktumu dengan sapaku. Aku jadi merasa kalau aku itu sama dengan pekerjaanmu yang membuatmu suntuk. Bukannya sebagai penambah semangat kerjamu, atau minimal bisa buatmu tersenyum walau kau sedang tenggelam dalam penatnya pekerjaan. Ya sudah, aku hanya ambil diam. Hingga kau bisa mendengar sendiri maksud hatiku. Tapi ya mungkin semua memang sudah mulai berubah, termasuk apa yang kamu rasakan. Dan sepertinya juga kamu sudah mulai lelah. Ya terserahlah, itu kan perasaanmu.

"Tidak perlu berteriak untuk membuat seseorang mendengarkanmu, cobalah diam dan biarkan dia mendengar sendiri maksud hatimu." -Jimbo-

Kita memang jauh, tapi hati kita kan masih terikat hubungan. Dan tidak ada yang bisa diandalkan dari hubungan seperti ini selain komunikasi yang lancar. Apalagi jaman sudah modern, tidak perlu lagi menunggu berhari-hari hanya untuk menerima sepucuk surat dari sang merpati. Bahkan hanya dengan kejapan mata, kata sapamu bisa dengan mudah tersampaikan.

Aku lelah atas pengabaianmu kemarin itu, dan sekarang aku akan lebih memikirkan diriku sendiri ketimbang memikirkan dirimu yang belum tentu pula memikirkanku. Jangan khawatir jika rasa sayangku berkurang, atau kerinduanku kepadamu menjadi hilang. Tidak, aku hanya sedang menyederhanakan rasa, dan menyimpan rindu dikedalaman jiwa. Juga belajar untuk lebih menyayangi diriku sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar