I miss the old you, I miss the old us :( |
Jadi begini ya rasanya bercinta? Ah, bagiku biasa saja. Tak ada yang istimewa. Mana katanya cinta bisa membuat seseorang merasa ada? Merasa bermakna? Merasa istimewa? Nyata-nyatanya cinta hanya membuatku bahagia diawal saja, untuk selanjutnya datar dan hambar lah... Dan tak tahu bagaimana nanti akhirnya.
Aku telah mencoba untuk tetap mencinta dan menjaga rasa sama seperti saat pertama jumpa, saat-saat dimana kita sedang saling mesra-mesranya. Saat kata sayang dan cinta tak pernah berhenti terucap dan terbisik kala bersanding berdua, saat pesan penuh perhatian tak pernah luput tersampaikan setiap waktunya. Dan saat-saat hati kita berdua sedang terbakar asmara. Iya, aku telah berhasil melakukannya, tapi... kamu sebagai objeknya seperti tidak menangkap rasa yang ada. Kau masih tetap bersikap biasa saja. Yang ada malah risau aku dibuatnya. Memikirkanmu yang belum tentu memikirkanku.
Tak terhingga seberapa besar aku tlah yakinkan hatiku sendiri bahwa kamu masih yang terindah, tapi sayangnya kenapa malah buatku gundah? Bukannya buatku tentram dalam setiap fikir ku yang tertuju padamu. Yang ada malah aku jadi ragu, kalimat-kalimatmu sekarang tak semesra dulu, hanya seadanya dan terkesan biasa saja. Masa harus aku tanya perihal itu semua? Kan rasa sayang dari hati datangnya. Dari hati pemiliknya. Jika kau sendiri sudah tak merasa, lalu apa yang bisa kuperbuat selain ikhlaskan segalanya. Berkorbanpun rasanya juga akan sia-sia jika sudah tak ada detakan yang sama. Iya kan?
Sepertinya setiap pasangan pada akhirnya akan berucap "I miss the old us" Mungkin.
Iya iya, kita jauh. Aku tahu itu. Dan apa kata jauh menjadi alasan tepat untuk bersikap biasa saja dan tak semesra pertama jumpa? Sekali lagi aku ucapkan, tak ada yang bisa diandalkan lebih dari hubungan jarak jauh seperti yang sedang kita jalani selain komunikasi, saat jarak tak menjadi halangan bagi kita tuk bersua, hadirmu adalah bahagiaku, dan sekarang jarak terlampau jauh tuk bisa menggapaimu, dan hanya sepatah dua patah pesan singkat dari mu lah pengganti hadirmu yang dapat rekahkan senyumku.
Emmm.... Aku jadi merasa bersalah pada diriku sendiri, telah tenggelamkannya pada rasa yang entah tak tahu arah dan tujuannya. Awalnya memang untuk senangkan hati dan jiwa, tapi lama-kelamaan malah rasanya aku egois pada diriku sendiri, bukannya dapat kesenangan malah kerisauan adanya, dan aku jadi semakin pintar pecundangi rasa. Parahnya lagi aku telah pandai mengingkarinya. (Ngomong apaan sih nih? Haha... Saya juga bingung, kok terbesit kata ini diotak saya?)
"Jarak memang menghalangi kita, dan memang itu kenyataannya. Tapi jarak tak akan halangi rasa yang telah kita cipta bersama kan?"
0 komentar:
Posting Komentar